Jumat, 15 Oktober 2010

Oknum Polisi Bawa Sabu Ditangkap Polisi


Satuan Resese Narkoba (Satreskoba) Polrestabes Surabaya menangkap seorang oknum polisi yang terbukti sebagai pengguna sabu-sabu.

Oknum polisi tersebut berpangkat Briptu, bernama Romi Satria Negara (30), anggota Polres Probolinggo. Ketika ditangkap, ia bersama rekannya berinisial nama DSA (36), warga Bendul Merisi Surabaya.

"Kami menangkap oknum polisi dan rekannya di kawasan Jalan Raya Diponegoro Surabaya setelah menerima informasi bahwa keduanya membawa sabu-sabu," ujar Kasat Narkoba Polrestabes Surabaya AKBP Eko Pudji Nugroho, Jumat (15/10/2010).

Ketika hendak meringkus keduanya, polisi sempat menemui kendala. Ini setelah Briptu Romi berontak dan melawan.

Bahkan, pria asal Rungkut Asri Barat itu juga membuang barang bukti satu poket sabu-sabu ke jalan.

Puncaknya, ketika kedua tersangka disuruh mengambil barang bukti, namun menolaknya. Tak pelak, Romi yang pernah tertangkap dalam kasus yang sama sekitar 2007 tersebut semakin berontak.

Tentu saja, hal itu membuat empat anggota Idik III Satreskoba Polrestabes ekstra waspada. Secara spontanitas, petugas membanting Briptu Romi hingga tak bisa bergerak lagi.

Informasinya, penangkapan dilakukan usai kedua tersangka membeli satu poket sabu-sabu yang isinya sekitar 0,3 gram.

Barang bukti itu diambil kedua tersangka di dekat SPBU Jl Diponegoro. Anggota Satnarkoba yang tengah duduk-duduk di warung dekat SPBU curiga dengan ulah kedua tersangka.

Keduanya dibuntuti empat petugas dengan mengendarai dua unit motor. Ketika motor tersangka putar balik ke arah Jalan Raya Diponegoro, dekat Kebun Binatang Surabaya (KBS) laju motor yang dikendarai kedua tersangka dipotong petugas yang dipimpin Kanit Idik III AKP Kusminto.

Polisi juga manangkap seorang tersangka berinisial ABM (36), warga Rungkut Harapan. Ia diduga memiliki sabu-sabu di rumahnya.

"Ternyata benar, saat digeledah, kami menemukan dua plastik sisa pemakaian yang masih ada sabu dan seperangkat alat hisap," jelas Eko Pudji.

"ABM juga pernah dipenjara selama enam bulan karena kasus yang sama, yakni kedapatan memiliki narkoba," katanya.
Editor: Benny N Joewono | Sumber : ANT

Kamis, 14 Oktober 2010

Polisi di Samarinda Aniaya Warga

Seorang oknum polisi yang bertugas di Polsekta Sungai Kunjang, Samarinda, Kalimantan Timur, dilaporkan telah menganiaya warga.

Saat ditemui di ruang Unit Gawat Darurat (UGD), RSUD AW. Sjahranie Samarinda Kamis dinihari, Semy Ariasta yang menjadi korban penganiayaan oleh aknum polisi itu mengatakan, dia dipukuli di depan teman wanitanya di tempat kosnya Jalan Trisari, Rabu malam sekitar pukul 20. 30 WITA.

"Saat itu, teman wanita saya sedang bertamu di tempat kos, tiba-tiba seorang polisi bernama Us, masuk dan langsung memukuli saya. Saat itu dia berpakaian dinas sehingga saya tidak berani melawan dan hanya pasrah," kata Semy Ariasta sambil memperlihatkan luka memar di pinggangnya.

Korban mengaku tidak mengetahui alasan penganiayaan yang dilakukan oknum polisi itu terhadap dirinya.

"Tidak tahu alasannya sebab dia langsung memukul bahkan menginjak-injak saya. Setahu saya, Us juga suka dengan teman wanita saya itu, padahal dia sudah punya istri. Saya dan wanita itu hanya ngobrol di ruang tamu," ujar Semy Ariasta yang mengaku, teman wanitanya itu sudah bersuami.

Semy Ariasta mengaku, tidak menerima penganiayaan yang dilakukan oknum polisi itu.

"Saya tidak terima sebab selain melukai saya hingga baju saya robek, dia juga langsung nyelonong ke rumah dan tanpa alasan yang jelas langsung memukuli saya," kata korban.

Beberapa polisi terlihat berjaga saat Semy Ariesta menjalani perawatan di ruang UGD RSUD AW. Sjahranie Samarinda.

Bahkan, saat wartawan tengah mewawancarai korban, seorang anggota P3D (Pelayanan Pengaduan Penegakan Disiplin) Polresta Samarinda ikut masuk ke ruang UGD mendampingi korban.

Menurut anggota P3D Polresta Samarinda itu, oknum polisi yang diduga melakukan penganiayaan tersebut telah dimintai keterangan. (ANT/K004)

antaranews

Polisi Lacak Pelaku Salah Tembak ABG

Kepolisian Metro Jakarta Utara melacak pelaku salah tembak yang diduga dilakukan oknum polisi di Jalan Ponogoro, di depan SMP 244, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu 13 Oktober 2010.

"Kami masih menyelidiki siapa oknum pelaku itu. Dan kami juga belum bisa memastikan pelaku dari anggota kepolisian," ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Utara, Komisaris Susatyo Purnomo Condrodi depan Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Koja, Rabu 13 Oktober 2010 malam.

Susatyo juga menyebut dirinya tidak mengeluarkan perintah penangkapan terhadap bajing loncat -- yang diduga jadi cikal bakal salah tembak,

"Saya tidak merasa mengeluarkan perintah penangkapan bajing loncat, makanya saat mendengar berita adanya korban, saya langsung ke sini (RS Koja)," ujar dia.

Saat ini, polisi telah menyisir lokasi penembakan. "Kami tidak menemukan proyektil peluru di tempat kejadian perkara (TKP). Jadi kami belum menemukan petunjuk apapun," jelas Susatyo.

Insiden salah tembak ini melukai Satria Indra Lesmana, remaja berusia 14 tahun. Akibatnya, ia harus menjalani perawatan secara intensif di RSUD Koja, Jakarta Utara akibat luka tembak di bagian pinggang kanan tembus ke perut kanan. Ibu jari dan jari tengah, serta lutut kaki kanannya juga terluka.

"Saya lagi minum es, tiba-tiba banyak orang kejar-kejaran, saya ikutan lari, terus denger letusan tembakan 3 kali, saya langsung jatuh," kata Indra.

"Sekilas saya lihat, yang mengejar rombongan tadi, pake kaos 'Buser'," tambahnya sambil menahan sakit, saat menjalani perobatan oleh tim medis rumah sakit Koja.

Namun, tim medis yang menangani remaja warga Jalan Rawa Binangun 7 RT 10 RW 08, Kelurahan Rawabadak Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara tersebut, tidak menemukan proyektil-proyektil peluru pada tubuh korban.

"Saya tidak menemukan butiran peluru di tubuh korban, meskipun lukanya cukup serius," kata dokter Hermansyah, kepala instalasi gawat darurat RSUD Koja.

Laporan: Arnes Ritonga| Jakarta Utara
• VIVAnews

Selasa, 12 Oktober 2010

Kegendutan, 158 Polisi Disuruh Lari

Ratusan anggota Polres Bangkalan, diindikasikan mengalami berat badan di luar batas wajar (over weight).

Bila memang benar terjadi, besar kemungkinan akan mengganggu kinerja satuan, khususnya dalam mengejar dan menangkap para pelaku kriminal.

Kabagsumda Polres Bangkalan Komisaris Polisi Suhartono, mengatakan, dari jumlah total anggota yang ada yakni 754 orang, ada sekira 15 persen anggota yang mengalami kelebihan berat badan. Kondisi tersebut, dinilai menjadi suatu persoalan yang harus segera ditangani.

"Ya, kalau dikalkulasi ada sekira 158 anggota yang masuk kategori gemuk atau gendut. Ini menjadi pekerjaan rumah kami, untuk bisa segera diatasi," ujarnya, Selasa (12/10/2010).

Suhartono menjelaskan, bagi anggota yang masuk kategori gemuk, akan mendapat penanganan serius dari kesatuan. Dalam jangka pendek, anggota tersebut diwajibkan mengikuti pelatihan seperti berlari rutin di siang hari atau juga sore hari.

Untuk masalah teknis, kegiatan penurunan berat badan akan dilakukan dua kali dalam satu minggu, yakni Selasa dan Sabtu. Hal tersebut dilakukan untuk menurunkan kadar lemak yang bersarang pada tubuh mereka, sehingga bisa kembali energik.

"Kalau dibiarkan, mereka akan sulit kalau mengejar para penjahat nantinya. Makanya akan ada program untuk menurunkan berat badan, wajib untuk semua jajaran," tegasnya.

Suhartono menjelaskan, anggota polisi yang mengalami over weight akan dibagi dalam tiga kelompok sesuai dengan usia, yakni dari usia 20-30 tahun dan 30 - 40 tahun, diwajibkan berlari pada siang hari dengan menggunakan jaket.

Sementara untuk golongan yang berusia 40 tahun ke atas, lari jarak pendek pada sore hari.

"Itu akan berlaku sampai memiliki berat badan yang ideal. Nah, kalau tidak tetap akan mengikuti program yang kami lakukan," tambahnya.

Perlu diketahui, untuk rumus dari berat badan ideal bagi jajaran kepolisian, yakni tinggi badan dikurangi 100 plus 10 persen. Misalnya, bila tinggi badan anggota diketahui 160 cm, maka berat badan ideal yakni 54 kilogram.

Bila ada kelebihan 10 kg, itu dinamakan over weight.

Sementara itu, salah satu anggota Reserse Polres Bangkalan yang enggan disebut , menyambut baik adanya program yang akan dilakukan oleh jajarannya. Dia mengakui, telah mengalami over weight karena jarang olahraga, ditambah lagi dengan sering makan di malam hari, menjelang tidur.

"Tak ada masalah, program tersebut akan berdampak positif bagi kami," ucapnya.
(Subairi/Koran SI/lam)

Oknum Polisi Paksa ABG Bugil

Citra polisi kembali tercoreng oleh ulah Bripda AR Bintara yang berdinas di Samapta Polresta Jambi, kemarin (11/10). Ia ditangkap Bidang Profesi dan Pengamanan (Bid Propam). Dia diproses karena dilaporkan mau memperkosa seorang gadis berinisial PP (17), warga 16, Kelurahan Beliung Patah, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi. Yang lebih memalukan lagi, ketika melaksanakan perbuatan tak senonoh tersebut, AR menggunakan seragam dinas polisi lengkap, dengan cara pura-pura menilang (menangkap) motor korban. Untuk memuluskan aksinya, dia juga berupaya menakuti korban dengan modus pura-pura menemukan narkoba jenis shabu-shabu di motor anak baru gede (ABG) tersebut.
Informasi yang berhasil dirangkum Jambi Independent, peristiwa yang mencoreng korp baju cokelat itu terungkap setelah korban melapor ke Polsekta Telanaipura. Menurut keterangan korban, kejadian naas itu berawal ketika dia mengantar kakaknya, bernama Nike (21), ke kantor XL di kawasan Mall Kapuk, di Jalan Husni Thambrin, Kelurahan Beringin, Pasar Jambi, pukul 07.30.
Dalam perjalanan pulang ke rumahnya di Kelurahan Beliung Patah, Kecamatan Kotabaru, gadis yang baru tamat SMA itu mengaku di-stop oleh Bripda AR di depan BRI Sipin. Layaknya seorang polisi, ketika itu AR meminta PP menunjukkan SIM. Karena tak punya, AR mengancam korban dibawa ke Polsek Telanaipura.
Lantaran takut, PP menurut saja perintah AR. Berangkatlah dia ke Polsek Telanaipura dengan pengawalan AR. Setibanya di lampu merah simpang empat Bank Indonesia (BI), AR meminta PP berhenti di Bank 9 Jambi. Kebetulan, hari itu Bripda AR memang bertugas menjaga di bank pelat merah itu. Di sana, AR menitipkan motornya kepada satpam. Kemudian, AR membonceng PP --menggunakan sepeda motor korban--- meluncur ke Polsek Telanaipura.
Namun di luar dugaan, AR bukannya membawa PP ke polsek, tapi malah menuju ke arah Broni. Korban makin bingung, ketika AR membawanya ke Hotel Cattleya, di Jalan Cattleya No 12 Telanaipura, Kota Jambi.
Setibanya di Hotel Cattleya, PP sempat bertanya kepada AR, kenapa dia dibawa ke sana. “Kamu kan berbuat salah. Jadi nurut saja,” kata Bripda AR saat tiba di Hotel Cattleya. Karena takut, akhirnya PP nurut saja dengan ajakan Bripda AR. Begitu juga ketika diperintahkan masuk ke kamar Nusa Indah setelah menerima kunci kamar dari resepsionis Hotel.
Sesaat setelah PP masuk kamar, AR pun menyusul. Dia langsung mengunci pintu kamar. Menurut salah seorang keluarga korban, setelah mengunci pintu kamar, AR mengeluarkan sebungkus sabu-sabu dari kantong sakunya. “Sabu ini punya kamu. Saya temukan di dalam motormu. Kalau saya lapor, kamu bisa di tangkap,” kata AR dengan nada mencancam PP, seperti yang diungkapkan keluarga korban.
Merasa barang haram itu bukan miliknya, PP pun membantahnya. Dia meminta lebih baik lapor kepolisian saja. Agar semuanya bisa clear (jelas). “Itu bukan punyo aku Bang. Lebih baik kito ke polisi bae. Biar jelas,” kata PP.
Namun, Bripda AR tak peduli dengan bantahan tersebut. Menurut keluarga korban, AR sempat mengancam akan membunuh PP jika tak menuruti perintahnya. Di bawah ancaman dan tekanan itulah, AR lalu meminta PP membuka seluruh pakaiannya.
Karena takut, PP pun mengikuti perintah AR. Ketika PP membuka seluruh pakaiannya, AR membuka sepatu, jam tangan dan bajunya. Kala itu, PP sudah menangkap ada gelagat tak baik dari AR. PP merasa dirinya akan diperkosa.
Meski kondisinya terjepit, PP tak kehilangan akal. Dalam keadaan setengah bugil—maaf hanya mengenakan BH dan celana dalam—PP meminta minum kepada AR.
“Waktu itu aku pura-pura minta minum. Ketika dio lengah, lalu aku pukul kepalanyo dengan gelas yang ado di kamar hotel itu,” ujarnya korban, yang diungkapkan keluarganya kepada Jambi Independent.
Akibatnya, kening AR terluka. Di saat AR mengerang kesakitan, PP berusaha melarikan diri. Beruntung, kunci kamar hotel masih terpasang di pintu. Dengan mudah PP berhasil ke luar kamar.
Ketika ke luar kamar, kondisi PP masih dalam keadaan setengah bugil. Lalu dia lari ke tangga dan menuju ke lantai dua hotel. Di dalam salah satu kamar hotel di lantai dua, PP kemudian mencari selimut untuk menutupi tubuhnya.
Selanjutnya, dia terjun dari ketinggian 2,5 meter itu, ke lantai dasar hingga tangannya terluka. Sambil berteriak meminta tolong, PP lari sekencangnya hingga ditolong oleh seorang warga setempat. Beruntungnya, warga yang menolongnya itu adalah rekan kerja orang tuanya.
“Dio kenal samo aku. Lalu aku dibawa ke rumahnyo dan dikasih baju,” tuturnya. Setelah menceritakan peristiwa yang dialaminya, lalu dia menelpon kedua orang tuanya dan melaporkan kejadian tersebut ke Polsekta Telanaipura.
Tidak butuh waktu lama bagi polisi untuk menangkap Bripda AR. Oknum anggota polisi itu lalu ditangkap di rumahnya, pukul 14.00. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, anggota Samapta Polresta Jambi itu harus mendekam di tahanan Polresta Jambi.
Kabid Humas Polda Jambi AKBP Almansyah, membenarkan adanya laporan percobaan pemerkosaan yang dilakukan oleh anggota Polresta bernama Bripda AR. Menurut dia, tersangka sudah diamankan guna pemeriksaan lebih lanjut. “Bila terbukti Bripda AR melakukan hal tersebut, maka akan dilakukan proses hukum sesuai prosedur yang berlaku,” ujarnya.
Terpisah, Kapolsekta Telanaipura AKP Evandri, membenarkan adanya temuan sabu-sabu di kamar hotel. “Kalau pengakuan korban, tersangka menuduh itu (sabu-sabu) miliknya. Sejauh ini belum bisa kita pastikan. Tunggu saja penyelidikan lebih lanjut,” katanya.
Selain sabu-sabu, di kamar hotel tersebut polisi juga menemukan sepatu PDH Polisi, jaket warna hitam dan jam tangan milik Bripda AR.
Pegawai Hotel Tak Curiga karena Polisi
Sementara itu, Iwan, receptionist Hotel Gattleya, mengatakan AR dan PP check in di hotel tersebut sekitar pukul 08.00. Namun, Iwan mengaku tak melihat adanya tindakan mencurigakan atau perlawanan dari korban.
“Saya sendiri yang memberikan kunci kepada mereka. Karena berpakaian lengkap polisi, saya tidak meminta dia meninggalkan identitasnya. Kala itu, si wanita santai saja di luar. Dia terlihat sedang mainin HP. Saya tidak melihat adanya pemaksaan atau perlawanan. Setelah itu, saya tidak tahu lagi kejadiannya. Tahu-tahunya wanita itu sudah lari dan meminta tolong,” ungkap Iwan.
Heri, kuli bangunan yang melihat peristiwa itu, menuturkan, saat kejadian dia sedang bekerja di samping Hotel Gattleya. Ketika mendengar ada wanita berteriak minta tolong, dia menghentikan pekerjaannya dan bergegas menuju TKP. Di sana dia melihat seorang wanita hanya dibaluti selimut sedang lari ketakutan.
“Ketika saya tanya, dia bilang mau diperkosa. Langsung saja saya menuju hotel dan mencari pria yang bertindak bejat itu. Ternyata dia sudah lari,” katanya diamini warga lainnya.
Saksi mata lainnya, Satpam Bank 9, berinisial HE, mengaku sempat curiga terhadap oknum polisi yang menitip motor di bank tersebut. Menurutnya, ketika hendak mengambil motor sekitar pukul 10.30, Bripda Ar tidak mengenakan sepatu dan ada luka di keningnya.
“Memang ada, pagi itu sekitar pukul 08.00 seorang pria berpakaian lengkap polisi menitip motor di Bank 9. Saya yang waktu itu sedang berjaga melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu dia (AR, red) pergi naik motor Mio bersama seorang cewek. Saya tidak tahu persis kemana mereka dan ada urusan apa. Nah, ketika dia mengambil motor, dia tidak memakai sepatu dan di kepalanya ada luka,” ungkapnya.
Sempat SMS Orang Tua Korban
Meski sudah jelas-jelas melakukan perbuatan tercela, ternyata Bripda AR masih memiliki rasa tanggung jawab. Setidaknya ini terbukti dari SMS yang dia kirim ke handphone (HP) orang tua PP, gadis yang mau digagahinya.
Waktu kabur dari kamar hotel, PP tidak sempat membawa HP-nya. Namun, beberapa saat kemudian, handphone miliknya dikembalikan oleh seseorang --tanpa number card. Menggunakan kartu korban itulah, Bripda AR mengirim SMS kepada ibu korban.
Saat berada di Polsek Telanaipura, sekitar pukul 11.00, sebuah pesan yang dikirim dari nomor handphone PP masuk ke HP ibunya. Pesan singkat itu berasal dari Bripda AR. Melalui SMS itu dia menanyakan kondisi PP.
“Anak ibu udah pulang ke rumah ya?,” tanya AR via SMS. Pesan tersebut masuk, ketika mereka sedang membuat laporan di Polsek Telanaipura. Untuk menjebak AR, SMS itu pun dibalas orang tua korban. “Iya, udah pulang. Tapi dia langsung masuk kamar dan nangis,” ujar ibu korban via SMS.
“Oh, iyalah kalau begitu. Saya minta tolong mau berbicara dengan anak ibu. Ada hal penting yang mau diluruskan,” balas AR, lagi.
Beberapa saat setelah itu, Tim Propam Polresta Jambi berhasil membekuk tersangka yang diduga berbuat amoral itu. Tanpa kesulitan berarti, pukul 14.00, Bripda AR pun berhasil ditangkap di rumahnya.
Sayangnya, hingga sore kemarin Bripda AR belum bisa dikonfirmasi soal cerita korban. Dengan dalih untuk kepentingan pemeriksaan, penyidik melarang wartawan bertemu langsung dengan oknum polisi tersebut.
Terpisah, ayah korban, Johan Amid yang merupakan mantan camat di Jambi, tak mampu menutupi rasa sedih atas kejadian yang menimpa anak kesayangannya. Dengan nada getir dia menuturkan, bahwa pagi itu PP, anaknya, berniat mengantar kakaknya kerja. Justru kejadian naas yang terjadi.
“Saya kaget sekali ketika ditelepon bahwa PP diperkosa. Ketika itu juga saya langsung menuju ke lokasi. Saya minta pelaku dihukum setimpal,” katanya. (*)

http://www.jambi-independent.co.id/jio/index.php?option=com_content&view=article&id=10707

Cewek ABG Hajar Kepala Oknum Polisi

Seorang wanita muda melaporkan perbuatan seorang oknum anggota kepolisian karena berusaha memerkosanya, Senin (11/10/2010). Bunga (17), bukan nama sebenarnya, melaporkan perbuatan seorang oknum anggota kepolisian tersebut ke Polsekta Telanaipura.

Awalnya, Senin sekitar pukul 07.30, korban dicegat di SMA I dan dimintai surat-surat oleh oknum petugas tersebut. Merasa tidak dapat menunjukkan surat-suratnya, korban pasrah saja ketika diajak oleh oknum tersebut ke polsek terdekat untuk mengurus tilang.

Sebelum itu, keduanya mampir dulu ke Bank Jambi di Telanai untuk menitipkan motor oknum anggota tersebut. Keduanya kemudian pergi berboncengan menggunakan motor Yamaha Mio milik korban.

Bukannya dibawa ke polsek terdekat, korban malah dibawa ke hotel yang berada di Jalan Prof Dr Sri Sudewi Maschun Sofyan. Di tempat itu, korban diajak masuk hotel dan ditakuti-takuti oleh oknum tersebut dengan bungkusan yang diduga berisi sabu. Tersangka mengancam apabila korban tidak menuruti kemauannya, maka barang yang diduga sabu tersebut adalah milik korban.

Sesampainya di kamar, korban melawan. Oknum polisi itu dilempar dengan gelas hingga kepalanya luka, bahkan korban sempat nekat akan meloncat dari lantai dua hotel. Oknum polisi yang merasa terancam dengan aksi nekat korban langsung lari meninggalkan TKP dan tidak sempat membawa sepatu dan jaketnya yang masih tertinggal di hotel.

Senin siang, korban dan keluarganya terlihat sedang dimintai keterangan oleh aparat kepolisian Polsekta Telanaipura. Tiga perempuan terlihat berada di dalam ruangan pemeriksaan. Mereka enggan berbicara kepada wartawan yang berkumpul di kantor polisi.

Kapolsekta Telanaipura AK Evandri mengatakan, pihaknya baru meminta keterangan dari korban dan akan memintai keterangan beberapa saksi.

"Perkaranya sudah dilimpahkan ke Polresta," kata Evandri. "Dari pemeriksaan awal, kami belum bisa pastikan apakah itu anggota atau bukan," tambahnya.

Kabid Humas Polda Jambi AKB Almansyah mengatakan bahwa memang ada laporan kejadian tersebut di Polsekta Telanaipura. Untuk mengetahui kebenaran laporan tersebut atas nama Bripda Ar, Propam Polresta Jambi saat ini sedang menyelidiki laporan itu.

"Sekarang Propam sedang menyelidiki kebenaran laporan tersebut. Jika memang terbukti, tentunya akan dilakukan tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku," kata Mantan Kabid Propam Polda Jambi itu. (dot/udi)
Editor: Ignatius Sawabi | Sumber :Tribun Jambi

Senin, 11 Oktober 2010

Polisi Tewas di Hotel

Seorang polisi bernama Brigadir Yulis Kurniawan, 29, ditemukan tewas di Hotel Malibu, di Jl Ngagel, Suraba, Jawa Timur, Minggu (10/10/2010) pagi. Anggota Dik Yaksa Ditlantas Polda Jatim itu tewas dalam mobil Honda Civic nopol L 1176 K yang diparkir dalam garasi kamar 703 hotel. Yulis bersama Feny Agustin, 29, yang pingsan.
Untuk mengetahui penyebab kematian Yulis, polisi melakukan otopsi pada jasad korban dan memeriksa teman wanitanya. Adapun kematian Yulis pertama kali diketahui salah seorang room boy Hotel Malibu bernama Narto. Dia berinisiatif memeriksa garasi di kamar 703 yang dibooking korban setelah mendengar suara mesin mobil tetapi penghuninya tak kunjung keluar.
Saat masuk ke dalam garasi Narto melihat Yulis tidak bergerak di dalam mobil sedangkan Feny yang duduk di samping Yulis lemas dan mengerang lemah. Temuan itu langsung dilaporkan ke pihak manajemen hotel yang kemudian dilanjutkan laporan ke polisi.
Keterangan beberapa sumber, Yulis dan Feny diketahui check in di Malibu pada Minggu (10/10) pagi sekitar pukul 05.00 WIB. Keduanya masuk ke hotel setelah pulang dari tempat hiburan malam di Plasa Tunjungan. Pria dan wanita yang masing-masing sudah berkeluarga itu diketahui tak berdaya di dalam mobil sekitar pukul 08.00 WIB.
Setiap kamar di Hotel Malibu memiliki dua bagian ruang bertingkat. Lantai dasar digunakan sebagai ruang garasi dengan pintu rolling door, sedangkan lantai atas merupakan kamar tidur dan kamar mandi. Kamar 703 yang disewa bertarif Rp 225 ribu.
Penemuan anggota polisi yang tewas di hotel Malibu kemarin menjadi perhatian khusus aparat keamanan. Hal itu setidaknya terlihat dari kehadiran pejabat polisi mulai dari kapolsek, Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, Kapolrestabes Surabaya hingga Kasat Reskrim Polda Jatim di lokasi penemuan anggota polisi yang tewas dan di RS Bhayangkara Polda Jatim.
Istri Anggota TNI
Selain banyak polisi, juga terlihat beberapa anggota Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal). Kehadiran mereka dikaitkan dengan informasi yang menyebutkan bahwa teman perempuan Yulis, Feny, adalah istri anggota TNI. Informasi lain menyebutkan Yulis yang tinggal di Asrama Polisi Pondok Wage II, telah berkeluarga dan memiliki dua anak; Feny sudah berkeluarga dengan satu anak.
Keberadaan Feny sebagai istri anggota TNI dibenarkan oleh anggota polisi yang berjaga-jaga di Hotel Malibu dan RS Bhayangkara, tempat wanita itu dirawat. Di dua lokasi itu juga tampak beberapa anggota Pomal yang turut berjaga.
”Yang perempuan itu (Feny) penyanyi dan memang biasa pulang tengah malam, sedangkan yang pria temannya. Suaminya juga tahu mereka berteman,” ujar salah seorang petugas.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Anom Wibowo, menyatakan masih melakukan penyelidikan dan menunggu hasil otopsi untuk memastikan penyebab kematian korban. ”Tidak ditemukan unsur kekerasan di tubuh korban,” ujar Anom di lokasi kejadian.
Pengamatan Surya di ruang jenasah RSU Dr Soetomo, jenazah Yulis sudah terlihat kaku saat diturunkan dari mobil ambulan. Jenasah Yulis yang diselimuti sprei warna putih mengenakan t-shirt warna hijau. Kedua tangan korban telentang. Wajah korban tampak merah padam dan terlihat ada bekas busa mengering yang keluar dari mulutnya.
Adapu kondisi Feny berangsur-angsur membaik di Ruang IGD RS Bhayangkara. Dia sudah siuman dan bisa dimintai keterangan meski masih berbaring lemah. Petugas reserse polisi dan anggota TNI berpakaian preman nampak hilir-mudik di sekitar IGD hingga Minggu (10/10) sore.

Minggu, 10 Oktober 2010

Berjudi, Oknum Polisi Digerebek

Ujian bagi AKBP Wisnu Putra. Belum sebulan menjabat sebagai Kapolres Kapuas, dia harus dibuat kecewa akibat ulah satu anggotanya yang tertangkap berjudi.

"Saya kecewa. Padahal sudah melakukan pembinaan dan arahan tentang tugas pokok Polri bagi anggota," ungkap Wisnu, Jumat (8/10/2010).

Penangkapan terhadap anggota Polres Kapuas berinisial D dengan pangkat Brigadir Polisi Dua (Bripda) ini dilakukan anggota Polsekta Selat di sebuah rumah kontrakan di Jalan Patih Rumbih Kualakapuas, Kamis (7/10) dinihari.

Ketika itu, polisi juga mengamankan tiga warga lain yang diduga terlibat dalam perjudian dengan kartu domino. Mereka adalah AS, JW, dan AJ. Seluruhnya sampai saat ini masih diamankan di Mapolsekta Selat.

Kepada petugas yang memeriksa, para pelaku yang ditangkap mengaku berjudi sekadar iseng. Alasannya, malam itu mereka sedang menunggu siaran langsung pertandingan sepakbola Liga Champion yang ditayangkan televisi.

Selain satu set kartu domino, polisi juga mengamankan uang tunai Rp 108 ribu.

"Meski anggota, tidak ada perlakuan berbeda dalam hukum. Bahkan hukumannya lebih berat," tegas Wisnu.

Secara institusi, Wisnu menyatakan tindakan disiplin bagi anggota yang melanggar akan ditindak. Namun sebagai atasan yang berhak menghukum (ankum), dirinya belum menentukan sanksi yang akan diberikan.

Terkait kasus ini, Wisnu mengaku juga telah memerintahkan senjata Bripda D diambil dan kasusnya dilaporkan ke Polda Kalteng. "Ini kan oknum dan saya juga harus mengawasi 520 anggota lain yang tersebar di sejumlah polsek," kata dia.

http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/2010/10/10/58851/berjudi-oknum-polisi-digerebek-rekan
Istri Tewas & Suami Dipenjara
Pengacara: BAP Lanjar Dibuat Seolah-olah Kecelakaan Tunggal. Polisi dinilai sengaja membuat penyimpangan dalam kasus kecelakaan yang menimpa Lanjar. Dalam BAP Lanjar, tidak disebutkan bahwa istrinya tewas akibat tertabrak mobil setelah terjatuh dari motor. Kecelakaan yang dialami Lanjar dibuat seolah-olah kecelakaan tunggal selengkapnya
Denda Tilang Tidak Lebih dari 50rb (INFO WAJIB DIBACA!!)
Beberapa waktu yang lalu sekembalinya berbelanja kebutuhan, saya sekeluarga pulang dengan menggunakan taksi. Ada adegan yang menarik ketika saya menumpang taksi tersebut, yaitu ketika sopir taksi hendak ditilang oleh polisi. Sempat teringat oleh saya dialog antara polisi dan sopir taksi.. selengkapnya