Rabu, 25 November 2009

Tito Karnavian, Sukses Lumpuhkan Noordin M Top dan Azahari

Tito Karnavian adalah perwira Polri yang jenius, yang berhasil membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin Moch Top. Kombes Tito Karnavian naik pangkat menjadi Brigjen dan naik jabatan menjadi Kepala Densus 88. Tito Karnavian menggantikan Brigjen (Pol) Saut Usman Nasution, yang menjabat Direktur I Keamanan dan Transnasional Bareskrim Polri.

Tito Karnavian kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, 26 Oktober, ini mengenyam pendidikan SMA Negeri 2 Palembang. Tito melanjutkan pendidikan Akabri tahun 1987. Tito menyelesaikan pendidikan di University of Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies, dan menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih S-1 dalam bidang Police Studies.

Tito Karnavian juga menyelesaikan pendidikan di Massey University Auckland di Selandia Baru tahun 1998 dalam bidang Strategic Studies, dan mengikuti pendidikan di Nanyang Technological University, Singapura, tahun 2008 sebagai kandidat PhD dalam bidang Strategic Studies.

Karier Tito dalam kepolisian cepat melesat berkat prestasi yang dicapainya. Tahun 2001, Tito yang memimpin Tim Kobra berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra (mantan) Presiden Soeharto. Berkat sukses menangkap Tommy, Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa.

Tahun 2004, ketika Densus 88 dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito Karnavian yang saat itu menjabat Ajun Komisaris Besar (AKBP) memimpin tim yang terdiri dari 75 personel. Unit antiteror ini dibentuk oleh Kapolda Metro Jaya (waktu itu) Irjen Firman Gani.

Tito juga termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Densus 88 Antiteror, yang melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005.

Densus 88 juga berhasil menangkap 19 dari 29 warga Poso yang masuk dalam DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007. Tito dan sejumlah perwira Polri lainnya juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus orang-orang yang terlibat di balik konflik tersebut.

Terbongkarnya jaringan terorisme di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, termasuk pengepungan teroris di Solo pada 17 September 2009 yang menewaskan empat orang, termasuk satu di antaranya Noordin Moch Top.

Kejeniusan Tito dalam mengendus keberadaan Noordin inilah yang membuat Tito Karnavian mendapat promosi kembali. Tito kini menjadi orang nomor satu dalam Densus 88, detasemen antiteror Mabes Polri. Lima tahun lalu, Tito yang berpangkat AKBP juga memimpin unit kecil antiteror ini, yang kemudian berkembang menjadi detasemen khusus.

Selasa, 24 November 2009

Telanjur Menghajar Orang Habis-habisan, ee.. Polisi Salah Tangkap

Hajar duluan urusan belakangan. Itulah yang dilakukan tiga anggota polisi terhadap Ade Yulizar, 40 tahun, warga Jalan Kenanga 26A, RT 02, RW 10, Semper Barat, Jakarta Utara. Ade babak belur dihajar tiga anggota Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara berpakaian preman, Selasa (24/11) pagi. Akibatnya, bapak dua anak ini mengalami luka sobek di pelipis mata sebelah kiri sehingga harus mendapatkan tiga jahitan.

Kejadian ini bermula dari peristiwa salah tangkap. Ia ditangkap karena dituduh sebagai salah satu anggota perampokan terhadap juragan sembako di daerah Koja, Jakarta Utara, pada Jumat (20/11) malam lalu. "Mereka mengetuk rumah saya jam lima pagi," kata Ade, saat ditemui di rumah kontrakannya, Selasa (24/11).

Karena tiga polisi itu tidak menyebutkan identitasnya, Ade urung segera membukakan pintu rumahnya. Ia hanya berani mengintip dari jendela. Saat mengintip itulah seorang diantaranya menodongkan pistol dari balik kaca jendela. "Karena takut, akhirnya pintu saya buka. Selanjutnya, tanpa bertanya, mereka langsung memukuli," ujarnya.

Karena mendapat lawan tidak seimbang, pria yang berprofesi sebagai supir PT Pelayaran Andalas ini hanya mampu jongkok meringkuk sambil menutupi wajahnya. Pemukulan terhadap Ade baru berhenti setelah warga keluar berkumpul karena mendengar teriakan minta tolong dan membantu menjelaskan bahwa dia bukanlah orang yang dicari. Terlanjur babak belur, Ade langsung dibawa polisi ke Rumah Sakit Tugu Pelabuhan untuk mendapatkan perawatan.

Wakil Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara Ajun Komisaris Polisi Santoso, membenarkan pihaknya telah melakukan salah tangkap. Alasannya, salah satu pelaku perampokan yang telah dibekuk sebelumnya menunjuk rumah korban sebagai pelaku lainnya.

"Penangkapan ini merupakan tindaklanjut pengusutan kasus perampokan di Koja yang terjadi beberapa waktu lalu," kata Santoso, saat ditemui Tempo, usai mengantarkan Ade pulang dari rumah sakit. "Ternyata pelaku yang sebenarnya berada di rumah sebelahnya."

Santoso berjanji akan bertanggung jawab atas peristiwa salah tangkap ini. "Pokoknya akan kami urus sampai selesai," ujar dia.

sumber tempointeraktif

Kapolri Minta Maaf Penembakan Depok

Menurut Kapolri, aksi main tembak tersebut seharusnya tidak terjadi di era demokrasi.

Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri meminta maaf atas aksi main tembak yang dilakukan anak buahnya saat melakukan pemberantasan perjudian. Dalam aksi tembak itu, seorang sopir angkot yang sedang berjudi tewas ditembak.

Permintaan maaf Kapolri disampaikan saat Rapat Dengar Pendapat Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK dengan Komisi III bidang Hukum DPR, 19 November 2009. "Saya menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat dengan habit (kebiasaan) main tembak," kata Kapolri.

Menurut Kapolri, aksi main tembak tersebut seharusnya tidak terjadi di era demokrasi sekarang. Suatu era di saat Kepolisian berusaha mengubah kultur dan kinerja.

"Penembakan yang terjadi karena masalah sepele. Kami sedang melakukan perubahan kultur, yang kita tidak boleh menyerah," ujar Jendral BHD.

Karena itu, Kapolri sudah meminta Kapolda Metro Jakarta untuk memproses secara hukum aparat kepolisian yang melakukan aksi main tembak. "Yang bersangkutan sudah ditahan. Diproses, tidak hanya tindak disiplin, tapi tindak hukum," tutur Kapolri.

Aksi main tembak diperlihatkan petugas kepolisian saat melakukan operasi pemberantas perjudian, dua hari lalu. Seorang sopir angkot di kawasan Limo, Depok, tewas dengan luka tembak di tubuhnya saat polisi melakukan penggerebekan.

Korban bernama Subagio bin Suparmo, dia tewas akibat luka tembak di bagian kaki, bokong dan dada kirinya, saat petugas Kepolisian Limo Depok, menggerebek perjudian yang dilakukan sejumlah sopir angkot di kawasan itu.

Cerita kematian Subagio berawal saat dirinya dan tiga rekan sesama sopir angkot melakukan permainan judi domino di kawasan Jalan Raya Limo, Pangkalan 25, RT 6 RW 1, Limo, Depok, dengan taruhan Rp 2.000.

Sejumlah sopir angkot di kawasan tersebut rupanya memang kerap melakukan permainan judi domino untuk mengisi waktu.

Sekitar pukul 15.30 WIB, datang mobil Toyota Kijang Kapsul warna biru tua milik petugas Reskrim Polsek Limo, Depok. Dari dalam mobil turun tujuh polisi dan salah satu dari mereka langsung mendobrak pintu rumah yang digunakan untuk bermain judi.

Sejumlah warga yang melihat kejadian tersebut mendengar tiga letusan tembakan saat petugas melakukan penggerebekan.

Tak berselang lama, polisi menggelandang empat pelaku perjudian yang salah satu di antaranya adalah Subagio yang mengalami luka tembak di bagian kaki, bokong dan dada sebelah kiri.

Dalam keadaan kritis, Subagio kemudian dimasukan ke dalam mobil dan dilarikan petugas itu ke Rumah Sakit Prikasih Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Karena keadaannya yang sangat mengkhwatirkan, rumah sakit menolak melakukan penanganan terhadap Subagio. Petugas kemudian membawa Subagio ke Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur. Namun, dalam perjalanan korban tewas.

VIVAnews

Senin, 23 November 2009

Benahi Bareskrim Polri!

Kepala Polri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri harus membenahi jajarannya di Bareskrim Polri terkait kesalahan pemberian informasi mengenai Nurcholish Madjid atau Cak Nur terkait kasus pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (nonaktif) Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah.

"Perlu pembenahan internal," ucap Guru Besar Universitas Indonesia, Bambang Widodo Umar, melalui telepon kepada Kompas.com, Senin (23/11). Hal itu dikatakan ketika dimintai tanggapannya soal ucapan maaf Kapolri kepada keluarga besar Cak Nur dan kasus Bibit-Chandra.

Seperti diberitakan, Kapolri dan jajarannya telah mengucapkan permohonan maaf kepada keluarga besar Cak Nur terkait pernyataannya di rapat kerja dengan Komisi III DPR. Kapolri mencurigai KPK tidak menindaklanjuti temuan bukti aliran dana ke mantan Menteri Kehutanan MS Kaban dari PT Masaro karena Chandra dekat dengan MS Kaban. Kedekatan ini terkait orang berinisial N yang diketahui sebagai Cak Nur.

Bambang yang juga mantan polisi mengatakan, ucapan maaf tersebut menunjukkan bahwa Kapolri mengakui adanya kesalahan intelijen. Seharusnya, Kapolri mengecek kebenaran terlebih dulu segala informasi dari stafnya sebelum mengumumkan ke publik. "Informasi intelijen dari staf kurang diolah oleh Kapolri. Informasi itu lemah dan Kapolri harus memeriksa pemberi informasi," kata dia.

Kapolri, kata Bambang, sebaiknya juga besar hati atas temuan Tim Pencari Fakta (TPF) terhadap kasus Bibit- Chandra, bahwa kasus tersebut harus dihentikan karena polisi tidak memiliki cukup bukti.

"Selain minta maaf soal Cak Nur, Kapolri harus tanggap kasus Bibit-Chandra. Sedikitlah mundur. Jangan memaksakan dengan segala cara untuk melanjutkan kasus. Sebaiknya diterima rekomendasi TPF dengan mengeluarkan SP3," kata dia.

sumber kompas

Minggu, 22 November 2009

Susno Duadji Kerap Tak Koordinasi dengan BHD

Kebijakan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji akhir-akhir ini sering dilakukan tanpa berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian RI Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD).

Contoh teranyar, pemanggilan pimpinan harian Kompas dan Koran Seputar Indonesia yang kemudian menuai kecaman dari banyak pihak.

Demikian dikatakan penasehat ahli Kapolri, Bachtiar Aly kepada wartawan di Pondok Indah Plaza, Jakarta Selatan, Minggu (22/11/2009).

Dia menyebutkan, hal lain yang juga dilakukan Susno Duadji atas inisiatif sendiri adalah tampil di media dan menjelaskan atau membela diri di depan media terkait kasus Bank Century. Padahal, ketika itu dia masih berstatus nonaktif.

"Itu pelanggaran etika. Polri harus mengambil tindakan internal," ujar Bachtiar.

Menurut dia, Susno memang sengaja membela diri karena posisinya sedang terpojok dan kemungkinan dicopot. "Hal itu tidak pantas disampaikan karena dia masih dalam status nggak boleh bicara," ujarnya. (lsi)

Polisi Bojonegoro Amankan 12,5 Ton Pupuk Ilegal Minggu, 22 November 2009 | 19:07 WIB

Peredaran pupuk ilegal di Bojonegoro, Jawa Timur, marak menjelang musim tanam akhir 2009 ini. Dalam empat hari terakhir, Kepolisian Resor Bojonegoro mengamankan sekitar 12,5 ton atau setara dengan 250 sak pupuk.

Penangkapan 12,5 ton itu berada di empat titik. Penangkapan pada Kamis (19/11) menetapkan Mug, 38 tahun, sebagai tersangka berikut menyita sekitar 90 sak atau setara dengan 4,5 ton pupuk dan truk nomor polisi S 8576 UA. Kemudian pada Jumat (20/11), polisi menyita sekitar 2,5 ton pupuk bersubsidi jenis urea, dan Super Phos(SP) produksi sama disita dari tangan Jup, 35, warga Desa Sumberejo Kecamatan Sumberrejo, dan truk bernopol P 8630 UA pengangkut.

Pada Sabtu (21/11) dinihari, Kepolisian Sektor Baureno juga menangkap 100 sak atau setara dengan lima ton pupuk jenis phonska, dan Za produksi PT Petrokimia, Gresik. Polisi juga memeriksa Kho, warga Desa Sumberejo, Kecamatan Sumberrejo, di depan pos polisi Bayeman, Desa Gunungsari, Kecamatan Baureno.

Pupuk bersubsidi yang harusnya tidak boleh dijual ini, diamankan polisi dengan beberapa alasan. Sebab, pupuk itu tidak dilengkapi dokumen resmi sekaligus menyalahi sistem distribusi resmi. “Aturan itu sudah jelas,” tegas Kepala Satuan Reserse Polisi Resor Bojonegoro, Ajun Komisaris Polisi Suprapto, Minggu (22/11) siang.

Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Subekti, belum bisa dihubungi. Data di instansi itu menyebutkan dalam empat pekan terakhir, peredaran pupuk terutama yang masuk ke Bojonegoro cukup tinggi. Kemungkinan ini berkaitan dengan persiapan masa tanam akhir tahun 2009 ini.

Sesuai aturan tata niaga pemasaran, pupuk yang bisa beredar di Bojonegoro hanya dari produksi Petrokimia Gresik. Tetapi, karena kebutuhan pupuk cukup tinggi, sejumlah spekulan juga mengedarkan pupuk produksi PT Pupuk Kaltim. Produksi inilah yang kemudian dinyatakan ilegal dan kemudian ditangkap polisi.

IPW: BHD Kapolri Terburuk dalam Sejarah

Indonesian Police Watch (IPW) berpendapat bahwa Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri (BHD) adalah Kapolri terburuk dalam sejarah kepolisian di Indonesia.

Ketua Presedium IPW Neta S Pane berpendapat, sistem kaderisasi yang dilakukan di tubuh Polri mencerminkan kinerja yang buruk. Padahal, lanjut dia, kaderisasi adalah hal terpenting dalam tubuh Polri.

"Contohnya saja di Polda Metro Jaya. Penunjukan Irjen Wahyono sebagai Kapolda adalah langkah yang keliru. Sebab, Wahyono tidak pernah menjadi kapolda sebelumnya," ujar Neta saat berdiskusi di Kantor Indonesian Corruption Watch, Jakarta, Minggu (22/11/2009).

Menurut Neta, untuk posisi Kapolda Metro Jaya, haruslah diisi oleh figur yang pernah menjabat kapolda sebelumnya. Hal ini mengingat, DKI Jakarta adalah kawasan Ibu Kota.

Dia juga menambahkan, tolak ukur keberhasilan polisi juga belum bisa diterima kendati sudah memberantas terorisme. "Ini tidak menggambarkan prestasi karena seharusnya tidak ditembak mati. Seharusnya, kriminalisasi jangan dibalas dengan kriminalisasi," pungkas Neta. (teb)

sumber okezone

Istri Cak Nur Terima Permintaan Maaf Kapolri

Omi Komaria Madjid, istri dari almarhum Nurcholish Madjid (Cak Nur), menyatakan, pihak keluarga besar Cak Nur telah menerima permintaan maaf Kapolri Jendral Pol Bambang Hendarso Danuri. Ia menyatakan, pihak keluarga telah dapat menerima penjelasan dan permintaan maaf yang disampaikan secara langsung oleh Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri di kediaman keluarga Nurcholish Madjid di daerah Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Jumat (20/11) malam.

Menurutnya, hal tersebut segera dilakukan karena tidak ingin agar permasalahan terkait pernyataan Kapolri menjadi melebar dan masuk ke ranah politik di Tanah Air. "Jangan sampai permasalahan ini keluar dari garis pokok persoalan," kata Omi di Jakarta, Minggu (22/11).

Omi yang datang langsung dari AS untuk menyelesaikan permasalahan tersebut memaparkan, sebelum mengetahui tentang pernyataan Kapolri, dirinya telah merasakan perasaan tidak enak yang terbawa hingga ke dalam mimpi. Ia baru mengetahui permasalahan tersebut setelah mendapat kabar dari anak perempuannya, Nadia Madjid, yang membuatnya segera kembali ke Indonesia sejak 15 November.

Ia menyatakan, pihak keluarga menunggu lama untuk adanya permintaan maaf dari Kapolri, yang akhirnya kabar tentang hal itu baru didapat pada Jumat. Pada Jumat malam pada sekitar pukul 20.00 WIB, Kapolri yang disertai dengan Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Nanan Soekarna dan Penasehat Ahli Prof Bachtiar Aly, datang berkunjung untuk meminta maaf ke kediaman keluarga Nurcholish Madjid.

"Saya tidak ada persiapan sehingga Kapolri disuguhi minuman dan makanan apa adanya seperti teh dan kacang," kata Omi. Ia mengaku tidak menyangka bahwa Kapolri adalah sosok yang halus dan setelah menjelaskan tentang duduk permasalahan, orang nomor satu di Mabes Polri itu menyampaikan permintaan maafnya kepada keluarga besar Nurcholish Madjid.

Kapolri, lanjutnya, juga memaparkan bahwa sama sekali tidak ada maksud dari dirinya dan pihaknya untuk menjelek-jelekkan nama besar Nurcholish Madjid. Omi menerima permintaan maaf Kapolri karena dia mengingat akan nasihat suaminya bahwa orang Islam memang berhak untuk membalas keburukan dengan hal serupa, tetapi dengan memaafkan adalah bernilai lebih mulia di sisi Allah SWT.

Ia meminta agar permasalahan ini tidak diperpanjang lagi apalagi bila sampai harus dipolitisasi karena masih banyak persoalan lain yang harus dihadapi oleh bangsa ini.

Seorang Polisi Mimika Tewas Dikeroyok

Anggota Intelijen Keamanan Kepolisian Resor Mimika, Papua, Brigadir Dua Dedy Miskan, Minggu (22/11) dinihari, tewas dikeroyok sekelompok orang bersenjata tajam di Jalan Ki Hadjar Dewantoro, Timika.

Dedy, tewas akibat dua tikaman dibagian pinggang dan satu tikaman di lengan kanan. Dedy sempat dilarikan ke Klinik Trikora, kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Daerah Mimika. Namun saat dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Masyarakat, Dedy menghembuskan nafas terakhirnya.

Kepala Kepolisian Resor Mimika, Ajun Komisaris Besar Muhammad Sagih, ketika dihubungi siang hari ini membenarkan kalau anak buahnya dikeroyok sekelompok orang. "Betul telah terjadi pengeroyokan oleh sekelompok orang," kata Sagih.

Hingga Minggu sore belum diketahui identitas pelaku penyerangan. Sementara jenasah Dedy sudah dikirim ke Bintuni, Papua Barat, pada Minggu siang.

TJAHJONO EP

sumber tempointeraktif

Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng.

Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng. Begitulah setidaknya menurut Abdurahman Wahid alias Gus Dur. Anekdot mantan presiden RI ini sekaligus sindiran karena cuma Hoegeng satu-satunya polisi jujur. Tapi, sebenarnya tahukah Anda, siapa Hoegeng?

Hoegeng yang bernama lengkap Hoegeng Iman Santoso adalah Kapolri di tahun 1968-1971. Ia juga pernah menjadi Kepala Imigrasi (1960), dan juga pernah menjabat sebagai menteri di jajaran kabinet era Soekarno. Kedisiplinan dan kejujuran selalu menjadi simbol Hoegeng dalam menjalankan tugasnya di manapun.

Misalnya, ia pernah menolak hadiah rumah dan berbagai isinya saat menjalankan tugas sebagai Kepala Direktorat Reskrim Polda Sumatera Utara tahun 1956. Ketika itu, Hoegeng dan keluarganya lebih memilih tinggal di hotel dan hanya mau pindah ke rumah dinas, jika isinya hanya benar-benar barang inventaris kantor saja. Semua barang-barang luks pemberian itu akhirnya ditaruh Hoegeng dan anak buahnya di pinggir jalan saja. “ Kami tak tahu dari siapa barang-barang itu, karena kami baru datang dan belum mengenal siapapun,” kata Merry Roeslani, istri Hoegeng.


Polisi Kelahiran Pekalongan tahun 1921 ini, sangat gigih dalam menjalankan tugas. Ia bahkan kadang menyamar dalam beberapa penyelidikan. Kasus-kasus besar yang pernah ia tangani antara lain, kasus pemerkosaan Sum tukang jamu gendong atau dikenal dengan kasus Sum Kuning, yang melibatkan anak pejabat. Ia juga pernah membongkar kasus penyelundupan mobil yang dilakukan Robby Tjahjadi, yang notabene dekat dengan keluarga Cendana.

Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Soeharto. Hoegeng dipensiunkan oleh Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran kepolisian. Kabar pencopotan itu diterima Hoegeng secara mendadak. Kemudian Hoegeng ditawarkan Soeharto untuk menjadi duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak. Alasannya karena ia seorang polisi dan bukan politisi.

“Begitu dipensiunkan, Bapak kemudian mengabarkan pada ibunya. Dan ibunya hanya berpesan, selesaikan tugas dengan kejujuran. Karena kita masih bisa makan nasi dengan garam,” ujar Roelani. “Dan kata-kata itulah yang menguatkan saya,” tambahnya.

Hoegeng memang seorang yang sederhana, ia mengajarkan pada istri dan anak-anaknya arti disiplin dan kejujuran. Semua keluarga dilarang untuk menggunakan berbagai fasilitas sebagai anak seorang Kapolri. “Bahkan anak-anak tak berani untuk meminta sebuah sepeda pun,” kata Merry.

Aditya, Reni, dan Ayu, putra Hoegeng yang hadir di studio, menceritakan pengalaman berharga mereka ketika menjadi seorang anak pejabat. Misalnya, Adytia bercerita, ketika sebuah perusahaan motor merek Lambretta mengirimkan dua buah motor, sang ayah segera meminta ajudannya untuk mengembalikan barang pemberian itu. “Padahal saya yang waktu itu masih muda sangat menginginkannya,” kenang Didit.

Reni memiliki cerita lain, yakni sering sekali terlambat sekolah karena jika terjadi kemacetan di pagi hari, sang ayah sering turun ke jalan mengatur lalu lintas terlebih dahulu. Masih banyak kisah-kisah yang sarat makna di ceritakan oleh istri, putra putri Hoegeng, serta sejumlah temannya di tayangan ini. Kisah ketegasan dan kesederhanaan Hoegeng sebagai seorang pengabdi masyarakat.

Saking jujurnya, Hoegeng baru memiliki rumah saat memasuki masa pensiun. Atas kebaikan Kapolri penggantinya, rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta pusat pun menjadi milik keluarga Hoegeng. Tentu saja, mereka mengisi rumah itu, setelah seluruh perabot inventaris kantor ia kembalikan semuanya.

Memasuki masa pensiun Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja, yakni bermain musik Hawaiian dan melukis. Lukisan itu lah yang kemudian menjadi sumber Hoegeng untuk membiayai keluarga. Karena harus anda ketahui, pensiunan Hoegeng hingga tahun 2001 hanya sebesar Rp.10.000 saja, itu pun hanya diterima sebesar Rp.7500!

Kepada Kick Andy, Aditya menunjukkan sebuah SK tentang perubahan gaji ayahnya pada tahun 2001, yang menyatakan perubahan gaji pensiunan seorang Jendral Hoegeng dari Rp. 10.000 menjadi Rp.1.170.000. Setelah memasuki masa pensiun, Hoegeng sempat mengisi acara di Radio Elshinta, namun tak lama acaranya ditutup karena dianggap terlalu pedas.

Hoegeng kemudian membesarkan kembali musik Hawaiian yang terkenal dengan nama “Hawaiian Senior” dan mengisi acara di TVRI selama 10 tahun. Acara itupun kemudian “dibredel” oleh pemerintah dengan alasan tidak mencerminkan budaya nasional Indonesia. Hoegeng yang kemudian bergabung dengan kelompok petisi 50, tampaknya memang memiliki banyak ganjalan dalam berkiprah di negeri ini.

Musik Hawaiin memiliki makna tersendiri untuk Merry sang istri. Karena mereka sering bermain musik hawaiin bersama-sama. Hoegeng sendiri pernah ke Pulau Hawaii dalam rangka tugas, tapi sang istri yang sangat-sangat ingin pergi ke pulau itu tak pernah diajaknya. “Kami sudah sepakati bahwa saat Bapak tugas, saya sebagai istri tak perlu ikut,” ujar Merry yang mengaku memiliki sahabat di Pulau milik Amerika itu.

Merry memang sosok istri yang tulus. Bahkan mantan ketua YLKI yang juga peneliti bidang kepolisian, Zumrotin yang hadir di studio, memuji ketulusan sosok Merry yang berbeda dengan kebanyakan istri pejabat, terutama di masa kini.

sumber kick andy

Tendangan Maut Pak Polisi…

JEFRI Lay agak tergesa-gesa keluar dari rumah pagi itu. Setelah menghidupkan mesin sepeda motor, dia menjemput sobat karib sekaligus teman sekelasnya, Kristovel Taebenu.

Kedua remaja yang tinggal bertetangga itu pun melaju dari kediaman mereka di Kelurahan Sikumana menuju Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Cahaya Putra-Kupang.

Hari Senin tanggal 12 Oktober 2009 itu ada ujian tengah semester di sekolah mereka. Jefri dan Kristovel berusaha sampai di sekolah tepat waktu.

Jefri dan Kristovel melewati Jalan HR Koroh, Jl. Soeharto, Jl. Jenderal Soedirman dan Jl. Mohammad Hatta, Kupang. Pada pagi hari, ruas jalan protokol tersebut selalu padat dengan arus lalu lintas.

“Tragedi” menimpa kedua remaja itu terjadi ketika mereka memasuki Jl. Mohammad Hatta atau sekitar satu kilometer dari SMK Cahaya Putra. Jefri dan Kristovel yang mengendarai sepeda motor tanpa helm dilihat anggota Satlantas Polresta Kupang yang sedang patroli menggunakan mobil.

Anggota Satlantas di dalam mobil berteriak menggunakan mikrofon, ”Tangkap itu, tangkap itu!” Jefri tetap memacu kendaraannya menuju ke arah sekolah. Teriakan anggota Satlantas rupanya didengar dua anggota Samapta Polda NTT yang sedang bertugas di depan toko Barata yang berhadapan dengan Rumah Sakit Umum (RSU) Prof. Dr. WZ Johannes Kupang.

Nah, saat Jefri dan Kristovel melaju di depan Barata Swalayan, anggota Polda NTT menghadang lalu menendang sepeda motor mereka. Kedua remaja itu hilang keseimbangan lalu terjatuh. Kristovel dan Jefri terlempar sekitar empat meter. Kristovel terseret ke arah kanan jalan, dan pada saat bersamaan dari arah berlawan melaju Angkot Genesis DH 2067 EA yang dikemudikan Marthen Daniel Ndolu. Tubuh Kristovel masuk kolong angkot dan digilas ban depan sebelah kanan. Kepala Kristovel cedera berat. Kristovel tewas di tempat.

Sedangkan Jefri Lay terseret ke sisi kiri jalan. Kepala Jefri pun terluka parah akibat benturan di aspal. Jefri sempat dirawat di RSU Kupang. Namun, sekitar pukul 17.30 Wita, Senin (12/10/2009), Jefri Lay meninggal dunia. Tendangan “maut” pak polisi mengakhiri kehidupan dua remaja dalam sekejap.

***
TENDANGAN Pak Polisi Senin lalu sungguh “merisaukan” warga Kupang dan sekitarnya. Warga masyarakat memahami bahwa kedua remaja itu salah karena tidak mengenakan helm. Mereka melanggar aturan berkendara di jalan umum. Namun, kematian mereka akibat tendangan oknum polisi sungguh sulit diterima begitu saja.

Apalagi lebih dari dua orang saksi yang melihat peristiwa itu dengan mata telanjang. Melihat oknum polisi menendang sepeda motor kedua korban. Hari pertama kejadian, aparat kepolisian bungkam. Enggan memberikan penjelasan yang memuaskan rasa penasaran masyarakat.

Bahkan sampai tulisan ini naik panggung “rumah sehat Kompasiana”, polisi belum mau menyebut nama oknum anggotanya yang menendang sepeda motor Jefri Lay di Jl. Mohammad Hatta Senin 12 Oktober lalu. Polisi baru menyatakan sedang memeriksa tiga anggota yang bertugas di TKP saat itu. Dan, sedang mengumpulkan bukti-bukti dan saksi.

Profesionalisme Polri, khususnya aparat Polresta Kupang dan Polda NTT sedang diuji. Semoga mereka tidak melindungi oknum anggota yang bersalah. Buat Jefri dan Kristovel, Beristirahatlah Dalam Damai.

sumber kompasiana

Kapolri Minta Maaf Pada Keluarga Cak Nur

Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri meminta maaf atas kesalahan pengaitan keluarga (Alm) Nurcholis Madjid dengan kasus Chandra M Hamzah, pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi nonaktif.

Kapolri minta maaf secara langsung kepada keluarga Nurcholis Madjid atau akrab disapa Cak Nur, yang diwakili oleh istri almarhum, Omi Komaria Madjid, pada Jumat, 20 November 2009.

Kapolri ditemani Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Nanan Soekarna, Penasehat Ahli Kapolri Bachtiar Aly dan Sespri Kapolri berkunjung ke kediaman keluarga Cak Nur di Jalan Johari, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

"Kapolri menekankan bahwa sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung martabat dan kehormatan Cak Nur dan seluruh keluarga besarnya," ujar Omi Komaria kepada wartawan di Pondok Indah Plaza, Minggu (22/11/2009).

Pada kesempatan itu, sambungnya, Kapolri juga menyatakan rasa hormat dan kekagumannya terhadap pribadi dan perjuangan Cak Nur. (lsi)

sumber okezone
Istri Tewas & Suami Dipenjara
Pengacara: BAP Lanjar Dibuat Seolah-olah Kecelakaan Tunggal. Polisi dinilai sengaja membuat penyimpangan dalam kasus kecelakaan yang menimpa Lanjar. Dalam BAP Lanjar, tidak disebutkan bahwa istrinya tewas akibat tertabrak mobil setelah terjatuh dari motor. Kecelakaan yang dialami Lanjar dibuat seolah-olah kecelakaan tunggal selengkapnya
Denda Tilang Tidak Lebih dari 50rb (INFO WAJIB DIBACA!!)
Beberapa waktu yang lalu sekembalinya berbelanja kebutuhan, saya sekeluarga pulang dengan menggunakan taksi. Ada adegan yang menarik ketika saya menumpang taksi tersebut, yaitu ketika sopir taksi hendak ditilang oleh polisi. Sempat teringat oleh saya dialog antara polisi dan sopir taksi.. selengkapnya