Kasus eksploitasi anak di bawah umur dengan cara seks komersial di Solo belum bisa dihilangkan. Berdasar data yang dimiliki Yayasan Kakak, salah satu LSM yang concern pada kekerasan seksual anak, selama tiga tahun terakhir mulai 2007-2009, angka kasus perdagangan anak yang didampinginya mencapai 151 buah.
Menurut Direktur Yayasan Kakak Shoim Sahriyati, sebanyak 60 persen anak memiliki latar belakang sekolah menengah atau masih duduk di bangku SMP dan SMA. "Ini berdasar temuan eksploitasi dan yang kami dampingi," kata Shoim kepada wartawan, Minggu (16/5).
Lebih lanjut, ujar perempuan berjilbab itu, yang melatarbelakangi anak usia sekolah terjun ke dunia prostitusi, kebanyakan sudah pernah diperkosa sebelumnya. "Bahkan, sesuai penuturan anak dampingan kami, yang memerkosa lebih dulu adalah pacarnya. Setelah itu putus pacaran, akhirnya tertekan dan masuk ke prostitusi," tuturnya.
Menurut Shoim, setelah masuk ke lembah hitam, banyak dari mereka yang ketahuan pihak sekolah. Dan, akhirnya dikeluarkan dari sekolah alias drop out (DO). "Harusnya, anak seusia mereka masih bisa mengenyam dunia pendidikan, belajar dan bermain dengan teman sebayanya," terangnya.
Lantas, siapa yang melakukan perdagangan atau pelaku eksploitasi anak? Menurutnya, ada perantara yang sudah mencari korban. Namun, Shoim tidak menceritakan lebih detil. "Yang jelas ada yang mengantarkan ke germo atau maminya untuk dipekerjakan di penampungan," tandasnya.
Pihaknya mengaku sangat kasihan terhadap korban eksploitasi ketika berada di penampungan. Sebab, dari angka kasus yang didampinginya, 80 persen pemakai mereka adalah oknum polisi. "Jadi, mau kabur tidak berani karena seperti terkena ancaman oknum polisi itu. Ini yang justru membuat ironi. Makanya, mereka banyak yang sudah tidak percaya kepada kredibilitas polisi," tandasnya.
Karena itu, pihaknya akan menekan agar perdagangan anak di bawah umur tidak terus bermunculan di Kota Solo dan sekitarnya. Caranya, lanjut dia, Yayasan Kakak akan melakukan antisipasi ke sekolah-sekolah untuk memberi pengertian kepada siswa.
"Kami akan terjun ke 25 sekolah selama 2010 ini untuk memberi pengertian kepada mereka. Harapannya, perdagangan anak di Surakarta tidak akan terjadi lagi," terangnya.
Untuk kunjungan ke sekolah, tujuan pertama adalah SMK Kristen Margoyudan, Surakarta. Menurut dia, itu akan dilakukan pada Senin (17/5) besok.
/suaramerdeka.com
( Arif M Iqbal /CN13 )
Menurut Direktur Yayasan Kakak Shoim Sahriyati, sebanyak 60 persen anak memiliki latar belakang sekolah menengah atau masih duduk di bangku SMP dan SMA. "Ini berdasar temuan eksploitasi dan yang kami dampingi," kata Shoim kepada wartawan, Minggu (16/5).
Lebih lanjut, ujar perempuan berjilbab itu, yang melatarbelakangi anak usia sekolah terjun ke dunia prostitusi, kebanyakan sudah pernah diperkosa sebelumnya. "Bahkan, sesuai penuturan anak dampingan kami, yang memerkosa lebih dulu adalah pacarnya. Setelah itu putus pacaran, akhirnya tertekan dan masuk ke prostitusi," tuturnya.
Menurut Shoim, setelah masuk ke lembah hitam, banyak dari mereka yang ketahuan pihak sekolah. Dan, akhirnya dikeluarkan dari sekolah alias drop out (DO). "Harusnya, anak seusia mereka masih bisa mengenyam dunia pendidikan, belajar dan bermain dengan teman sebayanya," terangnya.
Lantas, siapa yang melakukan perdagangan atau pelaku eksploitasi anak? Menurutnya, ada perantara yang sudah mencari korban. Namun, Shoim tidak menceritakan lebih detil. "Yang jelas ada yang mengantarkan ke germo atau maminya untuk dipekerjakan di penampungan," tandasnya.
Pihaknya mengaku sangat kasihan terhadap korban eksploitasi ketika berada di penampungan. Sebab, dari angka kasus yang didampinginya, 80 persen pemakai mereka adalah oknum polisi. "Jadi, mau kabur tidak berani karena seperti terkena ancaman oknum polisi itu. Ini yang justru membuat ironi. Makanya, mereka banyak yang sudah tidak percaya kepada kredibilitas polisi," tandasnya.
Karena itu, pihaknya akan menekan agar perdagangan anak di bawah umur tidak terus bermunculan di Kota Solo dan sekitarnya. Caranya, lanjut dia, Yayasan Kakak akan melakukan antisipasi ke sekolah-sekolah untuk memberi pengertian kepada siswa.
"Kami akan terjun ke 25 sekolah selama 2010 ini untuk memberi pengertian kepada mereka. Harapannya, perdagangan anak di Surakarta tidak akan terjadi lagi," terangnya.
Untuk kunjungan ke sekolah, tujuan pertama adalah SMK Kristen Margoyudan, Surakarta. Menurut dia, itu akan dilakukan pada Senin (17/5) besok.
/suaramerdeka.com
( Arif M Iqbal /CN13 )
0 komentar:
Posting Komentar