Rabu, 08 September 2010

Polisi Aniaya dan Telanjangi Genjo

Nasib naas menimpa Agustinus Witin alias Genjo (29). Genjo tidak tahu apa kesalahannya sampai dia dianiaya dan ditelanjangi oknum anggota Polres Sikka. Di sel tahanan Genjo tidur hanya mengenakan celana dalam.

"Saya tidur telanjang, hanya pakai celana kolor saja," kata Genjo kepada FloresStar di kediamannya di Maumere, Senin (6/9/2010) pagi. Menurut Genjo, dia memang pernah mempunyai masalah pribadi dengan oknum anggota Polres Sikka sekitar delapan bulan lalu. Namun, masalah itu dia anggap sudah selesai karena semata karena salah paham.

Agustinus Witin alias Genjo terkejut ketika pada Sabtu (4/9/2010) sekitar pukul 21.00 Wita, dia diciduk, dianiaya lalu ditelanjangi oknum anggota Polres Sikka. Dia dipaksa menginap semalam di dalam tahanan Polres Sikka nyaris tanpa busana.
Hari Sabtu malam itu, kata Genjo, dia datang ke rumah Tomy di depan Kantor Bupati Sikka di Jalan El Tari Mumere guna menghadiri pesta ulang tahun. Saat dia sedang bersukaria, masuk dua orang tak dikenal ke rumah tuan pesta.

Melihat Genjo hadir di tempat pesta itu, dua orang yang diduga anggota polisi mengenakan pakaian preman menariknya ke ke jalan raya dan memukulinya di lokasi itu. Setelah puas memukul, kedua orang itu menelepon mobil patroli. Mobil datang bersama beberapa anggota polisi berpakaian dinas ke Jalan El Tari.


Sebelum dinaikkan ke dalam mobil, Genjo kembali dibogem dan kena tendangan berulang kali. Saat itu baru Genjo tahu kalau kedua orang yang memakai pakaian preman itu anggota polisi. Jumlah mereka sekitar lima sampai enam orang itu. Masing-masing "ambil jatah" menghajar Genjo.

"Saya pusing sekali malam itu. Saya biarkan saja badan dipukul dan ditendang. Saya tidak mungkin bisa lawan mereka jumlahnya sekitar lima sampai enam orang," tutur Genjo didampingi ibunya, Maria Nona dan sanak famili lainnya.
Saat tiba di markas polisi di Jalan Ahmad Yani-Maumere, lanjut Genjo, dia kembali dihujani pukulan dan tendangan oleh anggota polisi sebelum diseret masuk ruang tahanan.

Rupanya pukulan tak cukup. Ketika berada di dalam tahanan, celana jeans hitam ukuran tiga perempat, baju kaos dan jaket yang dipakai Genjo dilucuti. Tinggal celana dalam membungkus tubuh Genjo. Semalaman dia tidur dalam kedinginan.

"Anggota polisi paksa buka jaket dan baju kaos kemudian celana jeans hitam. Baju dan celana saya ditaruh di kamar sel yang lain, saya tidur telanjang pakai kolor saja," kata Genjo.
Keesokan hari, Minggu (5/9/2010) pagi, Genjo dijenguk sanak famili baru tahu kalau dia ditahan polisi. Saat itu Genjo diizinkan mengenakan pakaiannya. Berkat desakan keluarga, Minggu siang Genjo pulang ke rumah. Keluarga sempat membawa Genjo ke RSUD TC Hillers guna mengobati luka-lukanya.

"Dia dipukul dan ditahan tidak sesuai prosedur. Keluarga tidak pernah disampaikan bahwa Genjo ditahan polisi karena terlibat suatu tindakan pidana," kata seorang anggota keluarga Genjo.
Genjo mengaku baru minggu lalu pulang dari Jakarta. Karena itu dia sangat senang ketika Sabtu (4/9/2010) malam bisa berkumpul kembali dengan teman-temannya di rumah Tomy.

Genjo, warga Jalan Het Wolokoli, Kelurahan Kabor, Kota Maumere menduga penganiayaan menimpanya itu kemungkinan terkait kasus lama. Dia pernah berselih paham dengan oknum anggota polisi. Dia tidak mengingat persis waktu kejadiannya, tetapi antara tanggal 19-20 Januari 2010. Saat itu ada balapan liar di Jalan El Tari-Maumere. Balapan itu diikuti geng dari anggota polisi.

Genjo datang bersama rekan-rekannya ke lokasi itu menyaksikan balapan. Saat itu, genjo berdiri pada lorong jalan sempit yang hanya bisa dilewati manusia. Oknum anggota polisi yang mengendarai sepeda motor paksa diri melewati kerumunan orang di tempat sempit itu. Tak sengaja mengenai siku tangan Genjo. Genjo menegur. "Kau punya mata tidak,"
kata Genjo kepada anggota polisi itu.

Namun, anggota polisi itu mengatakan, dia hanya melewati jalan. Setelah kejadian bulan Januari itu, beberapa hari kemudian Genjo berangkat ke Jakarta dan baru kembali pekan lalu ke Maumere. "Saya tak punya masalah baru dengan anggota polisi. Masalah lama hanya soal kejadian pada waktu balapan liar di Jalan El Tari bulan Januari lalu," katanya. (ius)

Tidak Lindungi Polisi

PULUHAN anggota keluarga Agustinus Witin alias Genjo didampingi aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Sikka dan warga Kelurahan Kabor, mendatangi Polres Sikka, Senin (6/9/2010).

Kehadiran mereka di Polres Sikka mendampingi Genjo melaporkan kasus penganiayaan atas dirinya kepada polisi. Mereka minta polisi tuntaskan proses hukum kasus ini sampai ke meja pengadilan.

Utusan keluarga Genjo bertemu Kapolres Sikka, AKBP Drs. Agus Suryatno di ruang kerjanya. Mereka meminta agar kasus ini diselesaikan hukum. Kapolres berjanji memproses semua anggota polisi yang terlibat penganiayaan terhadap Genjo. Dia telah perintahkan Provost periksa sejumlah anggota Polres Sikka yang bertugas saat kejadian, Sabtu malam lalu.

"Semua akan diperiksa. Polisi tidak akan lindungi oknum polisi yang terlibat. Pasti akan diproses semuanya," janji Agus.
Menurut Agus, Genjo masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) Polres Sikka atas keterlibatannya dalam tindak pidana. Meski demikian, kata Kapolres, anggotanya yang terlibat dalam penganiayaan terhadap Genjo akan diproses.

Keterangan lain diperoleh FloresStar menyebutkan, dua oknum anggota polisi yang menganiaya Genjo berinisial Y dan D. Beberapa rekan mereka yang datang ke Jalan El Tari-Maumere dengan mobil patroli guna menjemput Genjo juga akan diperiksa. (ris)

sumber http://www.pos-kupang.com/read/artikel/52477/maumeremanise/polisi-aniaya-dan-telanjangi-genjo

0 komentar:

Istri Tewas & Suami Dipenjara
Pengacara: BAP Lanjar Dibuat Seolah-olah Kecelakaan Tunggal. Polisi dinilai sengaja membuat penyimpangan dalam kasus kecelakaan yang menimpa Lanjar. Dalam BAP Lanjar, tidak disebutkan bahwa istrinya tewas akibat tertabrak mobil setelah terjatuh dari motor. Kecelakaan yang dialami Lanjar dibuat seolah-olah kecelakaan tunggal selengkapnya
Denda Tilang Tidak Lebih dari 50rb (INFO WAJIB DIBACA!!)
Beberapa waktu yang lalu sekembalinya berbelanja kebutuhan, saya sekeluarga pulang dengan menggunakan taksi. Ada adegan yang menarik ketika saya menumpang taksi tersebut, yaitu ketika sopir taksi hendak ditilang oleh polisi. Sempat teringat oleh saya dialog antara polisi dan sopir taksi.. selengkapnya