Jumat, 25 Desember 2009

“TABRAK LARI” OKNUM POLISI

APARAT kepolisian paling tidak suka terhadap kasus tabrak lari. Tapi oknumnya yang bernama Aiptu Wartadi, 28, justru jadi pelaku tabrak lari. Jangan salah, bukan tabrak lari di jalan raya, melainkan di atas ranjang. Korbannya, Santi, 22, kini terkapar di RS Situbondo lantaran dipaksa menggugurkan kandungannya.
Tiap pak penghulu memberikan khotbah nikah, selalu mengingatkan pada mempelai: jangan lagi suka lirak-lirik pada pada perempuan/lelaki lain. Cakep atau jelek, harus setia pada pasangannya. Jika pengantennya di Jawa Tengah atau Jawa Timur, Penghulu pasti suka mengutip filosofi Jawa: meleka sing amba, banjur merema sing dipet. Maksudnya: selagi mencari pasangan harus seteliti mungkin, tapi setelah dapat tak boleh menduakan cintanya.
Ini dulu juga dialami oleh Wartadi, ketika menjadi pengantin. Kala itu dia juga manggut-manggut sepertinya perhatian sekali pada isi khotbah tersebut. Padahal hati kecilnya sih dia malah berdoa, agar semua tamu cepat pulang dan segera datang malam. Di situlah dia akan menunjukkan ekstitensinya sebagai kaum lelaki. Benar-benar pejantan tangguh, atau sekadar laki-lakian saja.
Kenyataannya, Wartadi yang anggota polisi Polres Situbondo (Jatim) ini memang lelaki tulen dan normal. Terbukti bininya segera hamil dan setahun kemudian sudah ngemban (punya anak). Wah, bahagia sekali mas polisi ini, karena telah berhasil jadi bapak sejati. Apa lagi sang istri selalu mendorong Wartadi dalam bertugas. “Doakan ya Dik, nanti siapa tahu mas jadi Kabareskrim Polri, tapi nggak ketemu manusia macam Anggodo….,” kata Aiptu Wartadi berkhayal.
Akan tetapi setelah Wartadi kenal gadis cantik bernama Santi, dia jadi lupa akan cita-cita dan lupa akan khotbah nikah Pak Penghulu dulu. Dengan pertimbangan sang istri tidak tahu ini, diam-diam dia memacarinya. Tentu saja mengaku masih perjaka tulen, belum pernah menikah. Mungkin melihat penampilan mas polisi yang galant dan simpatik, Santi langsung klepeg-klepeg. Bahkan tak hanya bertekuk lutut, tapi dia berbuka paha juga untuk oknum polisi ini.
Hari-hari selanjutnya semakin intensif saja Aiptu Wartadi memacari dan menggauli Santi, sehingga tak lama kemudian perut sigadis mengembang. Bukan kekenyangan atau mangsuk angin, tapi akibat ada unsur janin di dalamnya. Seperti lazimnya korban kecelakaan lalulintas ranjang, Santi segera mendatangi anggota bayangkara negara tersebut untuk bertanggungjawab dan segera menikahi. “Mumpung perutku belum begitu kelihatan lho Mas….,” imbau Santi.
Sayangnya Aiptu Wartadi ini kelakuannya macam kucing garong. Sewaktu mau mengawini dulu, dia ngoyoooook (mengejar) saja tanpa henti. Tapi begitu sudah jadi, malah tidak mau peduli. Boro-boro siap membawa Santi ke KUA, justru dia bilang tak sanggup jadi suaminya karena sudah punya istri. Padahal sebagai polisi dia tak boleh berbini dua. Maka dengan entengnya dia minta Santi untuk menggugurkannya. Itupun bukan kalimat berhadapan empat mata, tapi melalui telepon dari kota lain.
Andaikan perut ini bisa dipres, mau rasanya Santi menyembunyikan kehamilan itu lebih lama lagi. Tapi ini kan tidak bisa. Mengingat Wartadi tak bisa diharapkan, terpaksa dia mengikuti saran gila tersebut. Dengan minum ramuan tertentu, janin itu memang bisa digelontor, tapi akibatnya Santi mengalami pendarahan hebat. Ketika persoalan ini ditangani pihak RSU Situbondo, skandal itu jadi terbongkar. Atasan Aiptu Wartadi kini sedang menyelidiki kebenaran kasus ini. Bila terbukti, bukan mustakhil Aiptu Wartadi dipecat dari kepolisian.
Yang tinggal hanyalah aib, bukan aiptu lagi.

sumber poskota

0 komentar:

Istri Tewas & Suami Dipenjara
Pengacara: BAP Lanjar Dibuat Seolah-olah Kecelakaan Tunggal. Polisi dinilai sengaja membuat penyimpangan dalam kasus kecelakaan yang menimpa Lanjar. Dalam BAP Lanjar, tidak disebutkan bahwa istrinya tewas akibat tertabrak mobil setelah terjatuh dari motor. Kecelakaan yang dialami Lanjar dibuat seolah-olah kecelakaan tunggal selengkapnya
Denda Tilang Tidak Lebih dari 50rb (INFO WAJIB DIBACA!!)
Beberapa waktu yang lalu sekembalinya berbelanja kebutuhan, saya sekeluarga pulang dengan menggunakan taksi. Ada adegan yang menarik ketika saya menumpang taksi tersebut, yaitu ketika sopir taksi hendak ditilang oleh polisi. Sempat teringat oleh saya dialog antara polisi dan sopir taksi.. selengkapnya