Selasa, 11 Mei 2010

Pengrajin Tangerang Sering Berurusan Dengan Polisi

Para pengrajin sepatu, sandal, dan tas di Tangerang sering berurusan dengan kepolisian dan mengeluarkan uang untuk itu gara-gara mereka menggunakan merek dagang palsu. “Para oknum petugas mengancam akan memperkarakan pengrajin ke meja hijau jika tidak memberikan uang,” kata Ketua Asosiasi Pengrajin Tangerang (APTA) di kantornya.

Menurut dia, para oknum itu sengaja memanfaatkan kesalahan para pengrajin untuk memeras. Pada waktu-waktu tertentu, mereka melakukan razia dengan mendatangi satu per satu tempat pengrajin tanpa berbekal surat perintah penertiban. “Kadang mereka datang membabi buta, mengangkuti hasil kerajinan kami dan menangkap pekerja kami.”
Para oknum lantas menghubungi pemilik usaha untuk “menyelesaikan” permasalahan dengan tebusan uang. Besarnya tebusan tergantung modal pengrajin. "Saya pernah kena Rp 3 juta," ujarnya. Penyelesaian perkara dilakukan di luar kantor polisi.
Ciptono menuturkan, itu semua terjadi karena para pengrajin sulit mendaparkan izin merek dagang. Terpaksa mereka menggunakan merek-merek yang sudah terkenal seperti Nike, Reebok, atau Adidas. Persoalan izin merek sudah diadukan kepada DPRD dan Pemerintah Kabupaten Tangerang. “Baru dijanjikan mendapatkan 20 merek secara gratis tapi belum ada realisasi," ucapnya.
Endang Sulaiman, pengrajin sepatu, menuturkan bahwa pengrajin membutuhkan bantuan fasilitas dari pemerintah. Mayoritas pengrajin adalah mantan karyawan pabrik sepatu yang dinerhentikan karena perusahaan gulung tikar. Fasilitas yang dimaksud seperti mesin jahit dan alat berteknologi yang bisa menambah kualitas barang.
Dari 150 pekerja dapat dihasilkan 500 pasang sepatu dalam sehari. Bahkan, APTA sudah mempekerjakan 4.000 tenaga kerja tanpa pendidikan formal dan batasan usia. Namun, soal kualitas produk, Ciptono berani bertaruh. "Sepatu, sandal, dan tas dari Tangerang sangat bagus, berani diadu dengan produk Cina.”
Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Tangerang Muchlis mengakui menerima pengaduan pengrajin. Dewan lantas meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Koperasi agar membantu mereka. "Ini potensi masyarakat yang harus dikembangkan," katanya. Ia mengklaim DPRD akan terus mengawal para pengrajin ini untuk mendapatkan merek dagang dan banyuan pemasarantempointeraktif

0 komentar:

Istri Tewas & Suami Dipenjara
Pengacara: BAP Lanjar Dibuat Seolah-olah Kecelakaan Tunggal. Polisi dinilai sengaja membuat penyimpangan dalam kasus kecelakaan yang menimpa Lanjar. Dalam BAP Lanjar, tidak disebutkan bahwa istrinya tewas akibat tertabrak mobil setelah terjatuh dari motor. Kecelakaan yang dialami Lanjar dibuat seolah-olah kecelakaan tunggal selengkapnya
Denda Tilang Tidak Lebih dari 50rb (INFO WAJIB DIBACA!!)
Beberapa waktu yang lalu sekembalinya berbelanja kebutuhan, saya sekeluarga pulang dengan menggunakan taksi. Ada adegan yang menarik ketika saya menumpang taksi tersebut, yaitu ketika sopir taksi hendak ditilang oleh polisi. Sempat teringat oleh saya dialog antara polisi dan sopir taksi.. selengkapnya