Selasa, 27 April 2010

Korban Oknum Brimob di Nagan: Saya Ditembak dari Dekat

Ditembak dari dekat, hanya berjarak tiga meter, itulah pengakuan maupun yang dialami Muyid Dani (18). Pemuda Alue Raya, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, ini diduga ditembak oknum Brigade Mobil (Brimob) yang sedang menjaga PT Surya Panen Subur (SPS) Nagan Raya, pada Sabtu (24/4) sore, sehingga kaki kanannya luka dan tembus ke kaki kiri.

Kepada Serambi, Senin (26/4) kemarin, dengan suara terbata-bata sembari terbaring lemah di ruang rawat bedah RSUD Nagan Raya, Muyid mengaku tak sedikit pun punya firasat pada hari itu bakal diterjang peluru. “Ini kan masa damai, mana terpikir bakal ada aparat bersenjata yang main tembak seperti itu,” kata lulusan SMP ini.

Begitu kaki kanannya ditembak, kemudian tembus ke kaki kiri, Muyid mengaku langsung tersungkur ke tanah. Ia merasakan sakit yang luar biasa, namun kesadarannya tidak hilang. Muyid masih bisa mendengar dengan jelas instruksi oknum Brimob yang menembaknya. “Bukannya ditolong, saya justru diperintah berdiri oleh Brimob itu. Jelas saya tak mampu, karena kedua kaki saya luka ditembak. Yang bisa saya lakukan saat itu adalah menjerit sejadi-jadinya,” ungkap Muyid.

“Oknum Brimob itu juga bilang pada saya, supaya saya jangan main-main dengan mereka. Kalau cari-cari masalah, maka rasakan sendiri akibatnya,” ujar Muyid menirukan ucapan seorang Brimob yang mendornya. Mendengar ucapan seperti itu dan merasakan tembakan di kakinya, Muyid sontak teringat pada gaya sebagian aparat pada masa konflik Aceh dulu saat berhadapan dengan warga sipil.

Dalam situasi seperti itu, bukan saja kesakitan, Muyid juga merasa sangat kesepian. Dia seorang diri menahan perih. Sedangkan rekannya, Hendra Wardani yang sama-sama dengannya diuber Brimob menggunakan mobil, ternyata berhasil melarikan diri. “Dia lari pasti karena takut akan mengalami hal seperti yang saya alami,” ujar Muyid.

Setelah kejadian itu, sambung Muhyid, ia langsung dibawa oknum Brimob menuju pos polisi terdekat. “Tapi karena takut dipukul lagi, saya pun pura-pura tak bisa lagi melihat karena sangat pusing, sehingga saya langsung diboyong ke puskesmas terdekat.” Saat menuju maupun sesampai di puskesmas itulah banyak warga yang melihat Muyid berdarah-darah akibat tembakan aparat, sehingga banyak warga yang marah.

Sebagaimana diberitakan Serambi, Minggu (25/4) lalu, warga yang diperkirakan ribuan orang dari sejumlah desa di Kemukiman Seuneuam IV, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, Sabtu malam mengamuk dan menyerbu ke PT SPS di Desa Pulo Kruet, Darul Makmur. Berbagai fasilitas perusahaan perkebunan sawit itu dibakar, termasuk puluhan mobil perusahaan. Bahkan pos polisi ikut diserang.

Dampak penyerbuan dan pembakaran fasilitas perusahaan serta mes karyawan tersebut, menyebabkan ribuan pekerja melarikan diri. Amuk itu disebut-sebut sebagai reaksi massa atas tertembaknya Muyid pada Sabtu (24/4) sore yang diawali percekcokan antara Muyid bersama seorang temannya dengan seorang anggota Brimob yang bertugas menjaga lokasi PT SPS. Ujung-ujungnya, oknum Brimob itu menembak kaki Muyid. Dalam kondisi berluka tembak, pemuda itu pun akhirnya dirujuk dari puskesmas ke IGD RSUD Nagan Raya di Ujong Fatihah.

Diawali rakit
Menurut Muyid, sebelum kakinya ditembak, ia bersama temannya, Hendra Wardani yang naik sepeda motor dikejar-kejar oleh dua aparat Brimob yang mengendarai mobil. Awal kisahnya, dua oknum Brimob itu meminjam rakit milik warga setempat. Tapi setelah mereka gunakan menyeberangi sungai, tidak dikembalikan sebagaimana mestinya. Saat itu Muyid dan Hendra sedang membersihkan kebun. Di tangan keduanya ada parang.

Saat Muyid memberanikan diri minta rakit itu dikembalikan, kedua aparat keamanan itu justru berkata kasar. “Kami disuruh berenang untuk mengambil rakit itu. Ini membuat kami kesal,” ujar Muyid. Namun, tak lama kemudian, seorang karyawan PT SPS yang kebetulan berada di dekat aparat tersebut langsung mengembalikan rakit tersebut secara diam-diam, tanpa sepengetahuan mereka.

Saat mereka kembali, kata Muyid, rakit itu sudah berada kembali di posisi semula. Namun, kedua aparat Brimob dan karyawan PT SPS itu tak lagi terlihat di lokasi. Muyid dan Hendra akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Akan tetapi, di tengah perjalanan, aku Muyid, mereka dihadang oleh sebuah kendaraan dan palang yang terkesan menutup jalan. Itu terjadi di depan pos security dan pos Brimob, sehingga celah jalan yang tersisa hanya cukup untuk dilewati satu sepeda motor saja.

Tak ambil peduli dengan rintangan itu, Muyid dan Hendra langsung melewatinya dengan harapan bisa cepat tiba di rumah. Tapi tiba-tiba, kata Muyid, mereka dikejutkan oleh suara teriakan seorang oknum Brimob yang meminta mereka berhenti. Kesan Muyid, teriakan itu hanya untuk cari-cari masalah sehubungan dengan soal rakit tadi siang. Tak mau ambil risiko, Muyid dan Hendra akhirnya menghindar. Mereka tancap gas naik sepeda motor. Lalu dikejar aparat naik mobil sejauh beberapa kilometer hingga berhasil dicegat di sekitar perumahan warga di Desa Alue Raya, Kecamatan Darul Makmur.

Saat itulah, kata Muyid, ia yang hanya berdua dengan hendra langsung dihampiri oleh oknum Brimob. Tendangan sang aparat mengarah ke dadanya. Namun, tendangan menggunakan sepatu PDL itu berhasil ditahan korban dengan tangan kirinya, sehingga ia tersungkur ke tanah. “Saya disuruh berdiri lagi dan tiba-tiba datang dua anggota Brimob lainnya langsung menembak kaki kanan saya dari jarak dekat, ya sekitar tiga meter,” jelas Muyid dengan sorot mata ketakutan. Akibatnya, ia langsung tersungkur dengan kondisi kaki berdarah-darah, sedangkan Hendra melarikan diri.

Segera dioperasi
Kondisi Muyid kemarin dilaporkan belum menggembirakan. Pasalnya, kaki kanan korban mengalami patah tulang disertai retak, sehingga harus dioperasi. Selain itu, di kaki kiri Muyid terdapat serpihan peluru yang tersangkut di pergelangan kakinya.

Direktur RSUD Nagan Raya, dr T Yusrizal Hasri kepada Serambi kemarin mengatakan, kaki kanan dan kiri Muyid harus segera dioperasi. “Kalau tidak kita lakukan penanganan secepatnya, maka kemungkinan terburuk pasti bakal terjadi pada pasien, dan saya tak mau ambil risiko dalam hal ini,” jelasnya.

Untuk itu, tim medis RSUD Nagan Raya akhirnya merujuk korban ke RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh, Senin (26/4) petang kemarin. Sementara itu, aparat Polres Nagan Raya hingga kemarin terus memeriksa sejumlah saksi maupun personel Brimob Kompi IV Kuala, yang bertugas sebagai pengaman di PT SPS pada hari kejadian itu.

Kapolres Nagan Raya, AKBP Drs Ari Soebijanto melalui Kasat Reskrim Iptu Handoko yang ditanyai Serambi kemarin menyatakan, pihaknya hingga kini masih terus mengumpulkan keterangan dari saksi yang melihat langsung penembakan itu yang diawali percekcokan antara tersangka pelaku dengan korban.

Hendra kembali
Sedangkan Hendra yang menghilang setelah Muyid ditembak, Senin kemarin telah kembali ke rumahnya. Namun, ia masih trauma terhadap kejadian yang menimpa rekannya. Tim penyidik akan memintai keterangannya setelah berkoordinasi dengan aparat desa setempat.

Di samping itu, kata Iptu Handoko, pihaknya hingga kini masih meminta keterangan dari sejumlah warga Kemukiman Seneuam IV, mengingat insiden penembakan itu terjadi di luar kompleks perusahan dan tak ada kaitannya dengan perusahaan itu. “Intinya kasus penembakan ini terjadi karena persoalan pribadi antara korban dan pelaku,” jelasnya.

Masih lumpuh
Pascaamuk massa yang terjadi tiga hari lalu, aktivitas perkantoran milik PT Surya Panen Subur (SPS) Nagan Raya yang berada di Desa Pulo Kruet, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya hingga kini dilaporkan masih lumpuh. Tak diketahui secara pasti kapan perusahaan perkebunan milik swasta itu beroperasi kembali.

Manager Community Development Area PT SPS Nagan Raya, Ir M Basir Hasan kepada Serambi kemarin menyatakan, pihaknya sangat menyesalkan insiden penembakan warga sipil itu. Sebab, akibat penembakan itu ramai warga akhirnya melampiaskan kemarahannya dengan membakar mes, kantor, poliklinik, dan kendaraan PT SPS, sehingga menimbulkan kerugian sekitar Rp 2 miliar. PT SPS Nagan Raya menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus itu kepada kepolisian, berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Menyangkut biaya pengobatan terhadap korban penembakan, menurut Basir, sepenuhnya ditanggung Polres Nagan Raya. (edi)

m.serambinews.com

0 komentar:

Istri Tewas & Suami Dipenjara
Pengacara: BAP Lanjar Dibuat Seolah-olah Kecelakaan Tunggal. Polisi dinilai sengaja membuat penyimpangan dalam kasus kecelakaan yang menimpa Lanjar. Dalam BAP Lanjar, tidak disebutkan bahwa istrinya tewas akibat tertabrak mobil setelah terjatuh dari motor. Kecelakaan yang dialami Lanjar dibuat seolah-olah kecelakaan tunggal selengkapnya
Denda Tilang Tidak Lebih dari 50rb (INFO WAJIB DIBACA!!)
Beberapa waktu yang lalu sekembalinya berbelanja kebutuhan, saya sekeluarga pulang dengan menggunakan taksi. Ada adegan yang menarik ketika saya menumpang taksi tersebut, yaitu ketika sopir taksi hendak ditilang oleh polisi. Sempat teringat oleh saya dialog antara polisi dan sopir taksi.. selengkapnya